KOMINFO. MUNA BARAT. GO. ID Pelatihan Penguatan Literasi 10 Program PKK menjadi agenda pertama usai pelantikan dan pengukuhan Tim Penggerak (TP) Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) periode 2025-2030. TP PKK Muna Barat menghadirkan Pegiat Literasi Provinsi Sulawesi Tenggara Andi Diah Masyita Arsyad sebagai narasumber. Kegiatan yang digelar di Aula Kantor Bupati pada Rabu, 28 Mei 2025 tersebut dibuka oleh Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan Sekretariat Daerah Muna Barat Muhammad Naazirun.
Dalam kegiatan tersebut turut hadir Staf Ahli Bidang Pemerintahan Ali Mochtar Jaya, Ketua Darma Wanita Muna Barat Muliati Husein Tali, serta jajaran pengurus TP PKK Muna Barat. Ketua Bidang 4 Waode Siti Amziah Ibrahim mewakili Ketua TP PKK Rika Purwaningsih Darwin menyampaikan bahwa literasi memiliki kedudukan sangat vital dalam pelaksanaan 10 Program PKK. Literasi tidak hanya berkaitan dengan proses membaca dan menulis tetapi melingkupi kemampuan berpikir kritis dan inovatif.
“Pelatihan Penguatan Literasi 10 Program PKK ini adalah kegiatan perdana dibawah kepemimpinan Ibu Rika Purwaningsih Darwin. Literasi menjadi sangat penting sebab bukan hanya tentang membaca dan menulis tetapi kemampuan berpikir kritis dan inovatif,” ujar Waode Sitti Amziah saat menyampaikan sambutan.
Ketua Bidang 4 ini juga mengharapkan agar pelatihan ini menghasilkan perencanaan kegiatan secara terstruktur sehingga program yang dijalankan dapat semakin efektif dan efisien menuju cita-cita Muna Barat Liwu Mokesa. Waode Sitti Amziah mengingatkan bahwa literasi mampu membangun sebuah masyarakat berbudaya dan berdaya saing.
“Diharapkan ibu-ibu pengurus dapat merencanakan kegiatan secara terstruktur agar program yang dijalankan bisa efektif dan lebih baik lagi. Mari kita ciptakan lingkungan yang mendukung literasi baik di rumah, sekolah, dan maupun lingkungan masyarakat. Dengan literasi bisa membangun masyarakat berbudaya dan berdaya saing. Semoga pelatihan ini bisa memberi inovasi khususnya bagi pengurus agar Muna Barat menjadi Liwu Mokesa,” pungkasnya
Selanjutnya, Asisten Bidang Ekonomi dan Pembangunan Setda Muna Barat Muhammad Naazirun menjabarkan tentang literasi yang harus dimiliki oleh pengurus PKK dalam menjalankan tugas. Asisten II menjelaskan bahwa pada dasarnya literasi merupakan kemampuan dasar manusia dalam menganalisa kondisi berbagai macam aspek dalam kehidupan.
“Saya akan menyampaikan seperti apa literasi yang harus dimiliki oleh pengurus PKK karena urutan 10 Program PKK bukan kata-kata kosong tapi urutan tugas yang harus dilaksanakan. Literasi pada prinsip dasarnya adalah kemampuan dasar manusia untuk menganalisa kondisi berbagai macam aspek,” ujarnya
Muhammad Naazirun mengingatkan bahwa PKK adalah mitra strategis pemerintah dalam menyampaikan visi misi pemerintahan kepada masyarakat. Ia juga mengingatkan peran penting perempuan dalam segala bidang baik ditinjau dari aspek agama, sosiologi, hingga psikologi.
“Yang paling penting bagi pengurus adalah memahami konteks dasar bahwa PKK merupakan mitra dalam menyampaikan visi misi pemerintah pada masyarakat. Dalam ilmu Psikologi, mengingatkan betapa pentingnya kedudukan ibu-ibu dalam sebuah tatanan. Dalam ilmu Sosiologi dikatakan bahwa kalau ingin menghancurkan negara, hancurkan perempuannya; kalau ingin menghancurkan pemerintah, hancurkan perempuannya; dan kalau ingin merusak keluarga, maka rusak lah perempuannya. Dalam aspek agama, kedudukan perempuan punya tingkatan yang lebih tinggi dari suami,” tuturnya.
Bertolak dari peran penting tersebut, Muhammad Naazirun berharap agar materi yang disampaikan tidak terbatas pada 10 Program PKK tetapi lebih luas lagi. Asisten II mengingatkan bahwa salah satu literasi yang penting saat ini adalah literasi digital sebab digitalisasi memilki dampak positif dan negatif. Dampak negatif inilah yang seyogyanya mampu diminimalisasi oleh pengurus PKK.
“Hari ini kita mencoba meningkatkan pemahaman. Saya berharap materi hari ini tidak terbatas pada 10 program PKK tapi secara luas. Literasi paling prinsip yang harus dipahami anggota PKK adalah 2 yaitu harus memahami literasi digital dan literasi psikologis. Pengaruh digitalisasi sudah meninggalkan norma kesantunan dalam budaya kita. Siapa penyaringnya? Ibu-ibu anggota PKK. Sedangkan literasi psikologis menjadi penting dalam sebuah hubungan untuk menjembatani berbagai perbedaan,” pungkasnya.
Usai sambutan, Andi Diah Masita selaku narasumber memaparkan materi pertama bertajuk Etika Kelompok. Pembahasan tentang etika menjadi penting sebab etika lah yang menjadi dasar dari norma berkehidupan. Tujuan dari pembahasan ini adalah membentuk sebuah kebiasaan yang baik sebagai gambaran kehidupan masyarakat berbudaya.
Pada akhir materi, Andi Diah membagi peserta dalam 5 kelompok. Masing-masing memiliki tugas untuk menunjuk ketua, sekretaris, dan seksi kesenian. Setelah itu kelompok menentukan nama kelompok dan membuat yel-yel yang mengandung unsur kebudayaan di Muna Barat. Para peserta antusias dan semakin bersemangat saat diminta untuk menampilkan yel-yel di hadapan seluruh peserta.
Narasumber menutup sesi pertama dengan kesimpulan singkat nan menggugah rasa, “Ternyata ketika kita menurunkan ego, satu karya akan dihasilkan. dari praktik kecil ini kita belajar untuk saling menghargai, menghormati, menunjuk, dan mempercayakan amanat kepada seseorang. Maka masing-masing harus menurunkan ego agar suatu hasil tercipta. Itulah etika berkelompok. Pintar menempatkan diri. Apa yang dikerjakan dari hati akan sampai ke hati.”
Adapun materi kedua yang disampaikan adalah tentang Literasi Dalam 10 Program PKK. Andi Diah Masita mengungkapkan bahwa literasi merupakan fondasi pemahaman yang akan menghasilkan solusi dan penyelesaian. Literasi dapat dimulai dari lingkungan terkecil dengan sasaran generasi penerus yang meliputi semua lini kehidupan sejak masa kanak-kanak hingga usia produktif. Subjek dari literasi adalah orang tua.
Penyiar TVRI tersebut menjelaskan bahwa literasi dan PKK memiliki keterkaitan tujuan dimana PKK bertujuan membentuk keluarga yang sejahtera sedangkan literasi bertujuan memperluas pengetahuan dan memperdalam pemahaman menuju kesejahteraan. Hal inilah yang membuat Tim Pengurus PKK harus memilki literasi yang kuat dalam menjalankan program-programnya.
Sebagai penutup sesi ke 2, narasumber meminta masing-masing Kelompok Kerja (Pokja) membentuk kelompok lalu mendiskusikan masalah-masalah pada bidangnya. Selanjutnya setiap Pokja diminta untuk menemukan solusi, membuat program, serta Rancangan Tindak Lanjut. Hasil dari pemaparan dan diskusi antar Pokja akan menjadi laporan kepada Ketua Tim Penggerak PKK Muna Barat Rika Purwaningsih Darwin.